Politik Hukum Desentralisasi Aceh
Kritik atas Peran Instrumen Perencanaan dalam Reharmonisasi Nilai Islam di Daerah
DOI:
https://doi.org/10.19184/j.kk.v5i1.53700Keywords:
Aceh, Desentralisasi, Perencanaan, Plannen/Het-Plan, Decentralization, PlanningAbstract
Politik Hukum Desentralisasi Aceh tidak lepas dari “Historical View” atas hubungan antara Pusat-Daerah dan dinamika politik untuk mencapai titik tengah "Konsolidasi Demokrasi", yang bermuara pada sensitif politik yang belum tuntas penyelesaiannya. Tulisan ini merupakan sebuah catatan atas konsekuensi dari karakteristik perencanaan (het plan/plannen) di Provinsi Aceh dalam kacamata desentralisasi. Melalui metode penelitian yuridis normatif, terdapat beberapa poin yang dapat disimpulkan, Pertama, dalam sistem desentralisasi di Indonesia mengenalkan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, dimana pendekatan dalam menyusun perencanaan tidak memungkinkan adanya bentuk “diskoneksi” melalui jalur “pengkhususan.” Kedua, Desentralisasi membuka daerah untuk menetapkan “nilai” khusus sebagaimana Aceh menerapkan syariat Islam sebagai hukum yang hidup dalam masyarakat Aceh sepanjang sejarah mereka. Ketiga, berdasarkan pada kondisi tersebut, maka Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi yang diatur dalam Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh Tahun 2012-2032 mengalami “diskoneksi” dan butuh upaya reharmonisasi sebagaimana tercantum dalam Qanun Aceh tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh Tahun 2025-2045.
Kata Kunci: Aceh; Desentralisasi; Perencanaan; Plannen/Het-Plan.
The Legal Politics of Decentralization in Aceh is inseparable from the historical view of the relationship between the central and regional governments, as well as the political dynamics aimed at reaching a middle ground of democratic consolidation, which ultimately centers around unresolved political sensitivities. This paper serves as a note on the consequences of the characteristics of planning (het plan/plannen) in Aceh Province from the perspective of decentralization. Using a normative juridical research method, several conclusions can be drawn.First, Indonesia’s decentralization system introduces the National Development Planning System (SPPN) as regulated in Law Number 25 of 2004, where the planning approach does not allow for a “disconnection” through “specialization.”Second, decentralization allows regions to adopt specific “values,” as in the case of Aceh, which implements Islamic law as a living legal system within its society throughout its history.Third, based on these conditions, the Long-Term Development Plan (RPJP) of the province, as regulated in Qanun Aceh Number 9 of 2012 concerning the 2012–2032 Aceh Long-Term Development Plan, experiences a “disconnection” and requires reharmonization efforts as reflected in the Qanun Aceh on the Aceh Long-Term Development Plan for 2025–2045.
Keywords: Aceh; Decentralization; Planning; Plannen/Het-Plan.
Downloads
References
Ali Geno, Formalisasi Syariat Islam Aceh Dalam Tatanan Politik Nasional (Jawa Tengah: Pena Persada, 2020).
Arsyad & Azhar, Media Pembelajaran, 1st ed (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002).
Asmara, Galang, Hukum Administrasi Negara (Depok: Rajawali Pers, 2024).
Auda, Jasser, Maqashid Shariah as Philosopy of Islamic Law: A System Approach, terjemahan Rasidin dan ‘Ali Abd el-Mun’in: Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syariah (Bandung: Mizan, 2015).
Azhari, M, Negara Hukum Suatu Studi Tentang Prinsip-Prinsipnya Dilihat Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Masa Kini (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010).
Farhan Hamid, Ahmad & Jalan Damai Nanggroe Endatu, Catatan Seorang Wakil Rakyat Aceh (Jakarta: Penerbit Suara Bebas, 2006).
Hanura, Fahra Iklama, Implementasi Qanun Aceh Tinjauan Teori Pembentukan Perundang-Undangan (Qanun) Menurut Wahbah Zuhaili (Skripsi, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2022).
Hardi, Daerah Istimewa Aceh Latar Belakang dan Masa Depannya (Jakarta: Panca Serangkai, 1993).
Hariyanto, Paulus, Perencanaan Pembangunan Kota dan Perubahan Paradigma (Yogyakarta: Pusataka Pelajar, 2010).
Ilmar, Aminuddin, Hukum Tata Pemerintahan (Jakarta: Prenada Media Group, 2014).
Ismawan, Indra, Ranjau-Ranjau Otonomi Daerah (Solo: Pondok Edukasi, 2002).
Mardiasmo, Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2002).
Pemerintah Indonesia, Rancangan Qanun Aceh tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Aceh (RPJPA) Tahun 2025-2045.
Rauf, H Rahyunir, Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah: Dekonsentrasi, Desentralisasi, dan Tugas Pembantunya (Yogyakarta: Zanafa Publishing, 2018).
Riyadi, Bratakusumah & Deddy Supriyady, Perencanaan Pembangunan Daerah Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003).
Sjamsuddin, Nazaruddin, Integrasi Politik Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1989).
———, Pemberontakan Kaum Republik Kasus DarulIslam Aceh (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1990).
Sudantoko, H Djoko, Dilema Otonomi Daerah (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2003).
Turner, Mark, David Hulme & Willy McCourt, Governance, Administration and Development: Making the State Work (London: MacMillan Press Ltd).
Abdullah, Arifin, “Peran Legislatif Perempuan Dalam Pembentukan Qanun Di DPRA Periode 2014-2019 Tinjauan Dari Perspektif Islam” (2022) 2:1 IJFIL 91–107.
Dianto, Tris, Adhy Firdaus & Devid Putra Arda, “Analisis Perencanaan Pembangunan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2023” (2025) 3:2 ekmabis 51–64.
Djaenuri, M Aries, “Sistem Pemerintahan Daerah” in Konsep-konsep Dasar Pemerintahan Daerah (Jakarta: Universitas Terbuka, 2014) 1.
Halim, R, “Peradilan Islam di Aceh: Kewenangan Mahkamah Syar’iyah Dalam Penegakan Hukum Jinayat” (2018) 2:1 Jurnal Ilmu Syariah Dan Hukum 44–56.
Hofifah & Saifuddin, “Qanun Aceh dalam Sistem Tata Hukum di Indonesia: Kedudukan, Fungsi dan Perbedaannya dengan Perda Syari’at Islam” (2025) 3:1 Staatsrecht: Jurnal Hukum Kenegaraan dan Politik Islam 114.
Istanti, Dilla Janu, Anita Febriani & Netty Ariani, “Desentralisasi Asimetris dalam Resolusi Konflik Separatisme Aceh dan Papua” (2021) 7:2 Jurnal Moderat 257.
Jafar, M, “Legitimasi Hukum Pemberlakuan Syari’at Islam di Aceh” (2015) 19:1 Ulumuna: Jurnal Of Islamic Studies by State Islamic Institute Mataram 76.
Misran, “Pelaksanaan Syariat Islam di Aceh Analisis Kajian Sosiologi Hukum” (2012) 1:2 Legitimasi: Jurnal Hukum Pidana Dan Politik Hukum 1–15.
Mustafid, Fuad, Khoiruddin Nasution & Ali Sodiqin, “Positivization of the Council of Indonesian Ulema’s Halal Fatwa: Policy and Position in Indonesian Legislation” (2024) 23:1 JURIS 155.
Myaskur & Nurul Syalafiyah, “Positivisasi Hukum Islam Di Aceh (Kajian Filosofis, Yuridis Hukum Islam)” (2021) 7:1 Asy-syari’ah: Jurnal Hukum Islam 76–80.
Najah, F, Ainun, “Tantangan desentralisasi asimetris di Aceh perspektif Sadd Az-Zari’ah” (2024) 10:2 Asy-Syari’ah : Jurnal Hukum Islam 230–234.
Pakpahan, Zainal Abidin et al, “Pelaksanaan Qanun Syariat Islam Terhadap Tatanan Negara Dalam Pemerintahan Di Aceh” (2024) 7:1 Hukumah: Jurnal Hukum Islam.
Prasetyo, Ngesti et al, “The Politics of Indonesias Decentralization Law Based on Regional Competency” (2021) 8:2 BLJ 159–184.
Rahman, Dahlan A, “Memahami Desentralisasi dan Otonomi Khusus di Aceh” (2023) 8:1 Jurnal Politik dan Pemerintahan 26.
Setianingsih, Budhi, “Efektivitas Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (SIMRENDA) (Studi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Malang)” (2015) 3:11 Jurnal Administrasi Publik 1930–1936.
Suriadi, Hari et al, “Desentralisasi Dan Upaya Peningkatan Otonomi Daerah: Menuju Pembangunan Berkelanjutan Di Indonesia” (2024) 18:1 MI 27–36.
Tauda, Gunawan A, “Desain Desentralisasi Asimetris Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia” (2018) 1:4 ALJ 413–435.
Wardana, Arwan Kusuma, “Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses” (2020) 2:1 Jurnal Ekonomi dan Pariwisata (DIMENSI) 55–68.
Wicaksono, Kristian, “Problematika dan Tantangan Desentralisasi di Indonesia” (2012) 4:1 JBP 21–28.
Mahkamah Syar’iyah Bireun kelas 1B, “Qanun Aceh”, online: <https://ms-bireuen.go.id/qanun-aceh/>.
“Nota Kesepahaman antara Pemerintah Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (Memorandum of Understanding Between The Government of Republic of Indonesia And The Free Aceh Movement Helsinki” (15 August 2005).
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Mohamad Rifan, Sayyidatun Nashuha Basyar, Nurul Islami

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.